Header Ads

Pakde Karwo Nilai Kenaikan Harga Beras Mirip Gaya Hidup

SURABAYA - REPORTASE.ID, Soekarwo Gubernur Jatim heran dengan kesimpulan pemerintah pusat soal stok beras nasional yang masih kurang, sehingga ada rencana impor beras dari Vietnam dan Thailand.

"Pak Wapres (Jusuf Kalla) itu kan tanya, beras ini produksinya 47 juta ton. Data tadi malam, konsumsinya 33 juta ton. Berarti, kan, masih ada stok 14 juta ton. Lha, kok, masih kurang itu darimana?" Katanya kepada wartawan, Selasa (16/01/2018).

Sebelumnya, Amran Sulaiman Menteri Pertanian, Minggu (14/1/2018) lalu menyatakan bahwa pemerintah telah memutuskan untuk mengimpor 500 ribu ton beras karena persediaan beras di dalam negeri masih kurang.

Menurut Soekarwo yang lebih akrab dipanggil Pakde Karwo ini, kurangnya produksi beras dalam negeri akibat kondisi cuaca yang menyebabkan lahan pertanian di beberapa daerah di Indonesia mengalami gagal panen sehingga kualitas beras tidak maksimal.

Jusuf Kalla Wakil Presiden kemudian menjelaskan, keputusan pemerintah mengimpor beras untuk menambah stok nasional di Bulog. Menurutnya, saat ini stok beras di Bulog sekitar 930 ribu ton.
Wapres pun menegaskan, keputusan ini berkaitan dengan upaya pemerintah untuk menjaga stok beras cadangan di Bulog, yang dalam kondisi apapun tidak boleh kurang dari 1 juta ton.

"Sudah, (soal kesimpulan stok beras kurang dan rencana impor,red) itu urusannya Pak Wapres, Pak Mentan (Menteri Pertanian), dan BPS (Badan Pusat Statistik)," ujar pria yang akrab disapa Pakde Karwo saat rehat Rapat Kerja dengan Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemprov Jatim.

Pakde Karwo memastikan, stok beras di Jatim aman, yang mana saat ini jumlahnya kurang lebih 198 ribu ton. Jumlah ini akan ditambah hasil panen di Jatim pada Februari mendatang yang diperkirakan sejumlah 990 ribu ton dan 1,7 juta ton pada Maret.

Namun dia mengakui, memang terjadi lonjakan harga beras di pasaran yang ada di Jawa Timur. Dia mengatakan, kenaikan harga beras ini karena terpengaruh kenaikan harga beras di daerah lain. Sehingga para pedagang beras di Jatim pun menyesuaikan harga beras yang mereka jual.

"Jawa Timur itu bukan dibatasi pagar beton setinggi 10 meter. Ngawi dengan Sragen itu dekat, Tuban dengan Lasem juga dekat. Begitu harga beras di Jakarta naik, truk itu sudah jalan bawa beras ke Jakarta, kita enggak bisa melarang mereka," katanya.

Selain pengaruh kenaikan harga dari daerah lain, kenaikan harga di Jawa Timur juga dipengaruhi oleh panic buying yang terjadi di masyarakat karena adanya isu stok beras nasional yang menipis.

"Saya ketemu (pedagang,red) di Kapas Krampung. (Pedagang itu bilang,red) `Pak, pak, nambah untung rongatus ae enggak oleh (menambah untung dua ratus/Rp200 saja tidak boleh)`," selorohnya. "Memang begitu, sama seperti lifestyle. Kaos apa yang lagi tren di Jakarta, daerah lain ikut juga."

Pakde Karwo mengatakan, untuk menghadapi masalah kenaikan harga ini memang perlu dilakukan tinjauan langsung ke lapangan, menemui para pelaku atau pedagang beras di pasar.

"Yang menang adalah meet the people, bertemu dan menyapa. Karena media sosial dan lainnya sudah masuk (menyebabkan panic buying masyarakat soal naiknya harga beras,red). Jadi harus meet the people," kata Pakde.(har)

Diberdayakan oleh Blogger.